Batu (14/10/2022). Peringatan Maulidurrasul Kemenag Kota Batu digelar di Aula MAN Kota Batu. Acara ini tampak meriah dengan adanya penyambutan para siswi yang telah selesai menimba ilmu di Tarim, Hadramaut, Yaman. Dua siswi tersebut adalah Ama Alfiatul Khusna kelas XII MIPA 3 dan Tsabita Azmi Labibah kelas X Agama 2 di MAN Kota Batu. Tak terasa sudah satu tahun sejak Bapak Drs. Farhadi, M.Si melepas ketika awal berangkat menjalani studi di Yaman pada 2021 lalu. Kali ini, Rasa penuh syukur Bapak Drs. H. Imam Turmudi, M.Ag, selaku Kepala Kantor Kemenag Kota Batu memberikan apresiasi secara simbolik dengan mengalungkan bunga untuk mereka.
Selain penyambutan untuk mereka yang datang dari Yaman, Bapak Turmudzi juga melakukan pelepasan untuk siswa-siswi yang akan berangkat menimba ilmu di Tarim, Yaman dan Kairo, Mesir. Dua di antara siswa yang akan berangkat adalah M. Afif Faizal Reza kelas X MIPA 5 dan Ahmad Rayhan Az Zaky kelas X Agama 2 MAN Kota Batu.
Acara ini diawali dengan pembacaan sholawat dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dilanjutkan dengan sambutan oleh Pak Farhadi, selaku shohibul bait. Pada sambutannya, Beliau menyampaikan permohonan maaf atas kekurangan pada acara ini. Tidak lupa Beliau juga menyampaikan rasa bangga dan bahagia atas kembalinya para siswi dari Yaman. Selanjutnya, Beliau berharap agar Ama dan Tsabita bisa menjadi ustadzah untuk program unggulan Tahfidzul Qur`an yang ada di MAN Kota Batu.
Sambutan selanjutnya dari Pak Turmudzi. Beliau berpesan kepada para penghafal agar bisa istiqomah menjaga hafalannya dan semoga yang akan berangkat ke Yaman bisa betah menimba ilmu disana.
Tibalah saat yang ditunggu yakni mauidhoh hikmah oleh Drs. KH Syamsu Madyan. Di momen peringatan Maulid Nabi ini, Beliau mengingatkan agar tidak sampai menjalani hari tanpa membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, sehari minimal 300 kali. Selain itu, beliau juga memberikan tiga prinsip hidup manusia. Pertama, tidak selayaknya semua hajat-hajat manusia terkabul karena manusia hanyalah hamba bukan juragan apalagi Tuhan. Kedua, tidak ada kenikmatan di alam dunia, masalah akan datang silih berganti karena dunia memang bukan tempat istirahat. Ketiga, tidak ada manusia yang bebas dari pembenci, maka tidak perlu repot-repot untuk menyenangkan hati semua orang. (Vita & tim redaksi)