Senin, 29 April 2024. Bekerjasama dengan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, MAN Kota Batu selenggarakan Seminar Moderasi Beragama yang diikuti oleh seluruh siswa kelas XI. Acara yang diadakan di aula MAN Kota Batu ini dipelopori oleh mahasiswa Asistensi Mengajar UIN Malang. Dengan bertajuk Memupuk Toleransi Beragama dan Kerukunan di Kalangan Remaja, seminar ini menghadirkan narasumber Ahmad Izzuddin, seorang Kepala UPT Pusat Ma`had Al-Jami`ah dan dosen pengajar Hukum Keluarga Islam di UIN Maulana Malik Ibrahim.
Farhadi menyambut baik kegiatan ini. Pasalnya Moderasi Beragama merupakan Pilar Kebangsaan dan Keberagaman yang sedang digalakkan oleh Kementerian Agama. Dalam sambutannya, Farhadi menyampaikan agar para siswa bisa memposisikan diri di tengah, tidak terlalu ke kanan dan tidak terlalu ke kiri. Farhadi juga mengingatkan agar siswa tidak terlalu menganggap orang lain salah dan kita yang paling benar sehingga timbulah rasa toleransi. Tidak hanya kepada pemeluk agama lain, Farhadi juga mengingatkan agar tidak fanatik golongan sesama muslim.
Dipandu oleh Alif Alfiansyah, salah satu mahasiswa asistensi sebagai moderator, para siswa menyimak paparan dari Izzuddin dengan seksama. Materi dibuka dengan hasil riset yang dilakukan oleh narasumber beserta tim kepada sejumlah mahasiswa. Dari hasil riset mentah tersebut menunjukkan masih ada para mahasiswa yang menunjukkan pemikiran dan sikap tidak moderat. Adapun definisi moderasi beragama merupakan cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama -yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum- berdasarkan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.
Lebih lanjut, Izzuddin menjelaskan tantangan kemajemukan bangsa yang dimiliki oleh Indonesia. Masyarakat lekast dengan kehidupan beragama dan kemerdekaan beragama yang dijamin konstitusi. Menjaga keseimbangan antara hak beragama dan komitmen kebangsaan merupakan tantangan bagi setiap warna negara. Dengan pemahaman moderasi beragama, diharapkan bisa tercipta masyarakat yang toleran, harmonis, dan damai.
Adapun moderasi beragama dapat diukur melalui 4 indikator, yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penghormatan terhadap tradisi. Izzuddin menekankan bahwa komitmen menerima prinsip-prinsip berbangsa dalan UUD 1945 dan regulasi dibawahnya merupakan hal yang penting. Pun menghormati, memberi ruang orang lain untuk berkeyakinan, menghargai kesetaraan serta bersedia bekerja sama.
Setelah sesi tanya jawab, Alif menutup seminar dengan statement dari tokoh dunia Hellen Keller, “The highest result of education is tolerance.” Ia menambahkan bahwa moderasi adalah proses dan toleransi adalah hasilnya.