Setelah beberapa waktu yang lalu dua siswa MAN Kota Batu berhasil menemukan cara mengurai sampah plastik yang ramah lingkungan, kali ini tim riset siswa MAN Kota Batu kembali mengukir prestasi luar biasa dalam hal penelitian. Indana Syifa kelas XI MIPA 5, Ibad Maulana kelas XII MIPA 1, dan Dzurriyatus Syiddah Nurfahmi kelas X-A, menemukan senyawa pada bawang putih yang bisa menjadi obat Alzheimer. Alzheimer sendiri adalah penyakit neurodegenerative yang menyebabkan demensia dengan gejala penurunan daya pikir dan hilangnya memori (pikun). Ketiga siswa ini mengaku terinspirasi salah satu hadist Nabi tentang khasiat bawang putih dalam menyembuhkan penyakit. Penelitian ini ini berhasil memenangkan medali emas dalam even Medical Science and Application Competition (MEDSPIN) 2023 kategori Scientific Paper yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
“Awalnya saya pernah diminta oleh guru riset mencari ayat atau hadist yang menarik yang ada di sekitar kita. Ketemulah sama salah satu hadist yang kurang lebih berbunyi ‘Makanlah bawang putih dan berobatlah (dengan menggunakan)-nya, karena sesungguhnya di dalamnya terkandung obat (peyembuh) dari tujuh puluh macam penyakit’ (HR. Ad-Dailami),” tutur Indana.
Ibad menambahkan bahwa sejauh ini obat yang digunakan untuk penyakit Alzheimer adalah obat sintetis yang memiliki beberapa efek samping seperti mual, muntah, kejang, dan lain-lain. “Kami berusaha untuk mencari alternatif dari bahan herbal bawang putih dengan harapan bisa lebih minim efek samping. Setelah diteliti ternyata bawang putih memiliki senyawa yang mirip dengan obat Alzheimer tersebut dengan prosentase kandungan mencapai 60,8%”. lanjut Ibad menjelaskan obyek penelitiannya.
Penilitian berjudul “Potensi Senyawa Peak Umbi Bawang Putih sebagai Penghambat Enzim Asetilkolinesterase (AChE) Untuk Kandidat Obat Alzheimer Secara in Silico” ini diakui oleh Bambang Purwanto, seorang Profesor Kedokteran Unair yang bertugas sebagai dewan juri sebagai penemuan yang telah berhasil memecahkan satu masalah kedokteran. Meski demikian, bukan berarti Indana dan kedua rekannya tidak menjumpai permasalahan.
“Sempat kami salah input data. Sebenarnya penelitian ini sudah dikerjakan dari bulan Agustus dan didaftarkan ke Medspin ketika sudah selesai di awal bulan Oktober. Ketika pengumuman finalis 17 November lalu, baru kami sadar kalo senyawa yang kita masukkan ke GC-MS salah karena salah penamaan senyawanya. Kemudian kami konsultasi lagi ke Bu Arni selaku guru kimia, baru kemudian membuat PPT dengan data baru,” jelas Ibad.
Kesalahan ini sempat membuat mereka takut bilamana juri menanyakan ketidaksesuaian data di PPT dan di karya tulis mereka. Namun sepertinya itu tidak jadi maslah karena semua juri memberikan komentar positif dan tidak menanyakan tentang perbedaan data itu.
“Sepertinya beliau menyadari kalo kami sudah melakukan evaluasi,” tambah Indana.
Dengan menjadi pemenang MEDSPIN 2023 ini, mereka mendapatkan golden tiket untuk bisa masuk Fakultas Kedokteran Unair. Ketiganya mengaku sangat senang. Ibad yang saat ini berada di kelas XII, memang bercita-cita untuk masuk kedokteran. Sedangkan Indana dan Dzurriyatus, keduanya juga sangat bersemangat untuk bisa meneruskan penelitian tersebut dan menyusul di kedokteran UNAIR di tahun selanjutnya.